
Developers
|
in this topic.
Grup Publisher Game Eropa Kritik Gerakan “Stop Killing Games” Karena Dianggap Batasi Pilihan Developer
Harish M
Sabtu, 12 Juli 2025 pukul 08.12

Ringkasan
Dibuat oleh AI
Gerakan “Stop Killing Games” yang bertujuan menjaga kelestarian game online mendapatkan dukungan besar, namun kini mendapat perlawanan dari grup penerbit game Eropa, Video Games Europe. Grup ini menyatakan bahwa permintaan agar game live-service tidak dihapus bisa merugikan developer secara finansial dan membatasi hak mereka. Mereka juga mengkhawatirkan soal privasi data dan tanggung jawab hukum atas server pribadi.
Sebuah grup penerbit Eropa menyatakan penolakan terhadap gerakan “Stop Killing Games”, yang sedang marak di kalangan gamer. Gerakan ini menolak praktik penghapusan game online atau live-service yang tidak lagi aktif, dan kini tengah menyasar pemerintah Inggris dan Komisi Eropa setelah mendapatkan lebih dari 1 juta tanda tangan dari para pendukungnya.
Seperti dilaporkan oleh PCGamer, grup Video Games Europe mengungkapkan kekhawatiran bahwa tuntutan gerakan ini akan membatasi pilihan kreatif dan finansial developer. Mereka mengklaim bahwa dalam banyak kasus, menghentikan layanan game adalah keputusan yang penting secara ekonomi bagi studio, terutama jika game tersebut tidak lagi mendatangkan keuntungan.
Selain faktor ekonomi, mereka juga menyampaikan kekhawatiran terkait privasi data pengguna serta konten ilegal yang mungkin muncul dalam server pribadi. Grup ini menyatakan bahwa jika developer diharuskan mempertahankan game selamanya atau mengizinkan server pribadi, maka tanggung jawab hukum atas konten dan data masih berada di tangan studio pembuatnya — sebuah risiko besar.
Perdebatan Game Live-Service Semakin Panas
Perdebatan soal game live-service memang menjadi salah satu isu besar dalam dunia gaming modern. Banyak studio kini lebih memilih model game online-only, seperti yang digunakan oleh game populer seperti Genshin Impact atau Wuthering Waves. Sayangnya, banyak game seperti itu ditutup hanya beberapa tahun setelah rilis, membuat banyak pemain kecewa karena kehilangan akses selamanya.
Upaya Pelestarian Game Lama Terus Berjalan
Di sisi lain, banyak developer juga berusaha melestarikan game lama mereka. Contohnya, Capcom merilis Fighting Collection 2 untuk menghadirkan game klasik ke konsol modern. Nintendo juga menyediakan berbagai game retro melalui layanan Switch Online, sehingga pemain tetap bisa mengakses game NES, SNES, GBA, dan lainnya.
Kesimpulan: Perdebatan Masih Lanjut
Gerakan pelestarian game kemungkinan besar akan terus berkembang, mengingat semakin banyak game yang bersifat online dan tidak bisa dimainkan kembali setelah server-nya ditutup. Meski begitu, pihak penerbit juga menginginkan fleksibilitas untuk mengatur siklus hidup game mereka sendiri, terutama demi keberlangsungan bisnis dan keamanan hukum.
Similar Articles
NEWS
Grup Publisher Game Eropa Kritik Gerakan “Stop Killing Games” Karena Dianggap Batasi Pilihan Developer
Developers
•

NEWS
3 Eks Eksekutif Ubisoft Divonis Bersalah atas Pelecehan Seksual dan Psikologis
Developers
•

NEWS
Grammarly Ingin Jadi Platform AI Produktivitas, Bukan Cuma Alat Untuk Koreksi Teks
Developers
•

NEWS
Mark Zuckerberg Bentuk Tim Super AI Bareng Eks CEO Scale AI dan GitHub
Developers
•

NEWS
Discord Segera Hadir dalam Versi Native untuk Windows on Arm
Developers
•

ALSO READ


Grup Publisher Game Eropa Kritik Gerakan “Stop Killing Games” Karena Dianggap Batasi Pilihan Developer
Harish M
Sabtu, 12 Juli 2025 pukul 08.12
Developers
|
in this topic.
Ringkasan
Dibuat oleh AI
Gerakan “Stop Killing Games” yang bertujuan menjaga kelestarian game online mendapatkan dukungan besar, namun kini mendapat perlawanan dari grup penerbit game Eropa, Video Games Europe. Grup ini menyatakan bahwa permintaan agar game live-service tidak dihapus bisa merugikan developer secara finansial dan membatasi hak mereka. Mereka juga mengkhawatirkan soal privasi data dan tanggung jawab hukum atas server pribadi.
Sebuah grup penerbit Eropa menyatakan penolakan terhadap gerakan “Stop Killing Games”, yang sedang marak di kalangan gamer. Gerakan ini menolak praktik penghapusan game online atau live-service yang tidak lagi aktif, dan kini tengah menyasar pemerintah Inggris dan Komisi Eropa setelah mendapatkan lebih dari 1 juta tanda tangan dari para pendukungnya.
Seperti dilaporkan oleh PCGamer, grup Video Games Europe mengungkapkan kekhawatiran bahwa tuntutan gerakan ini akan membatasi pilihan kreatif dan finansial developer. Mereka mengklaim bahwa dalam banyak kasus, menghentikan layanan game adalah keputusan yang penting secara ekonomi bagi studio, terutama jika game tersebut tidak lagi mendatangkan keuntungan.
Selain faktor ekonomi, mereka juga menyampaikan kekhawatiran terkait privasi data pengguna serta konten ilegal yang mungkin muncul dalam server pribadi. Grup ini menyatakan bahwa jika developer diharuskan mempertahankan game selamanya atau mengizinkan server pribadi, maka tanggung jawab hukum atas konten dan data masih berada di tangan studio pembuatnya — sebuah risiko besar.
Perdebatan Game Live-Service Semakin Panas
Perdebatan soal game live-service memang menjadi salah satu isu besar dalam dunia gaming modern. Banyak studio kini lebih memilih model game online-only, seperti yang digunakan oleh game populer seperti Genshin Impact atau Wuthering Waves. Sayangnya, banyak game seperti itu ditutup hanya beberapa tahun setelah rilis, membuat banyak pemain kecewa karena kehilangan akses selamanya.
Upaya Pelestarian Game Lama Terus Berjalan
Di sisi lain, banyak developer juga berusaha melestarikan game lama mereka. Contohnya, Capcom merilis Fighting Collection 2 untuk menghadirkan game klasik ke konsol modern. Nintendo juga menyediakan berbagai game retro melalui layanan Switch Online, sehingga pemain tetap bisa mengakses game NES, SNES, GBA, dan lainnya.
Kesimpulan: Perdebatan Masih Lanjut
Gerakan pelestarian game kemungkinan besar akan terus berkembang, mengingat semakin banyak game yang bersifat online dan tidak bisa dimainkan kembali setelah server-nya ditutup. Meski begitu, pihak penerbit juga menginginkan fleksibilitas untuk mengatur siklus hidup game mereka sendiri, terutama demi keberlangsungan bisnis dan keamanan hukum.
Similar Articles
NEWS
Grup Publisher Game Eropa Kritik Gerakan “Stop Killing Games” Karena Dianggap Batasi Pilihan Developer
Developers
•

NEWS
Grup Publisher Game Eropa Kritik Gerakan “Stop Killing Games” Karena Dianggap Batasi Pilihan Developer
Developers
•

NEWS
3 Eks Eksekutif Ubisoft Divonis Bersalah atas Pelecehan Seksual dan Psikologis
Developers
•

NEWS
3 Eks Eksekutif Ubisoft Divonis Bersalah atas Pelecehan Seksual dan Psikologis
Developers
•

NEWS
Grammarly Ingin Jadi Platform AI Produktivitas, Bukan Cuma Alat Untuk Koreksi Teks
Developers
•

NEWS
Grammarly Ingin Jadi Platform AI Produktivitas, Bukan Cuma Alat Untuk Koreksi Teks
Developers
•

NEWS
Mark Zuckerberg Bentuk Tim Super AI Bareng Eks CEO Scale AI dan GitHub
Developers
•

NEWS
Mark Zuckerberg Bentuk Tim Super AI Bareng Eks CEO Scale AI dan GitHub
Developers
•

Veirn.
Uncover the art and innovation of Gaming in our blog, where we explore Technology trends, Gaming Market structures, and the creative minds shaping the built environment.
Veirn.
Uncover the art and innovation of Gaming in our blog, where we explore Technology trends, Gaming Market structures, and the creative minds shaping the built environment.
Veirn.
Uncover the art and innovation of Gaming in our blog, where we explore Technology trends, Gaming Market structures, and the creative minds shaping the built environment.