Cutting-Edge
|
Premium
F1: The Movie
Josias
Monday, June 30, 2025 at 6:00 PM
Ringkasan
Dibuat oleh AI
Film F1: The Movie mengangkat kisah Sonny Hayes, pembalap legendaris yang kembali dari pensiun untuk membangkitkan tim balap yang gagal sekaligus membimbing generasi baru. Dengan visual IMAX, aksi balapan nyata, musik menegangkan dari Hans Zimmer, dan akting solid dari Brad Pitt dan Damson Idris, film ini menawarkan hiburan yang maksimal bagi penonton pencinta adrenalin. Meski narasinya tergolong aman dan penuh formula, kualitas produksi serta atmosfer autentik membuatnya jadi tontonan wajib musim ini.
F1: The Movie (2025) adalah film drama olahraga dengan niche Racing/Balapan yang digarap oleh Joseph Kosinski, beliau dikenal juga melalui Top Gun: Maverick. Setelah sukses meracik Film action seperti Top Gun, ia kini mengarahkan spotlight dunia per-filman pada dunia Formula 1, memadukan balapan kelas dunia dengan kisah manusia tentang kebangkitan dan pengorbanan.
Brad Pitt yang berperan sebagai Sonny Hayes, pembalap veteran yang keluar dari masa pensiunnya untuk membantu membangun kembali tim fiksi bernama APXGP, sekaligus membimbing pembalap muda Joshua Pearce (diperankan oleh Damson Idris). Film dibuat dengan latar balap sungguhan dan penggunaan teknologi sinema terkini, F1 berusaha tampil autentik dan spektakuler.
Sinopsis
Sonny Hayes (Brad Pitt), seorang mantan pembalap Formula 1 legendaris, menjalani kehidupan tenang setelah pensiun dari dunia balap. Namun, ketika tim balap baru bernama APXGP mengalami krisis dan membutuhkan pembalap berpengalaman, Sonny ditarik kembali ke lintasan. Bersama rekan lamanya Ruben Cervantes (Javier Bardem), Sonny berjuang membentuk ulang tim, menghadapi tekanan sponsor, dan membimbing pembalap muda berbakat, Joshua Pearce (Damson Idris), yang penuh ambisi namun belum matang secara mental.
Di tengah ketegangan kompetisi, Sonny harus berdamai dengan masa lalunya, mempertaruhkan nama baiknya, dan membuktikan bahwa ia masih mampu bersaing di level tertinggi. Film ini menggambarkan dinamika tim, rivalitas antar pembalap, serta kerasnya dunia Formula 1 yang penuh ambisi, teknologi, dan intrik bisnis.
Aspek Visual
Film ini menawarkan salah satu sinematografi olahraga terbaik dalam dekade terakhir. Claudio Miranda menggunakan kamera IMAX dan rig khusus yang dipasang langsung ke mobil balap asli, memberikan perspektif "driver's view" yang imersif. Hasilnya, penonton bisa merasakan sensasi kecepatan dan ketegangan dalam cockpit saat mobil melesat 300 km/jam. Penggunaan footage asli dari sirkuit-sirkuit seperti Silverstone, Hungaroring, dan Spa-Francorchamps membuat visual terasa sangat otentik.
Efek praktikal lebih dominan ketimbang CGI, yang membuat setiap tabrakan, manuver menyalip, hingga pit-stop tampak realistis. Bahkan atmosfer paddock, suasana grid sebelum start, dan koordinasi kru teknis divisualisasikan dengan detail mendalam.
Aspek Audio
Salah satu kekuatan besar F1: The Movie ada pada desain suaranya. Hans Zimmer menciptakan skor yang menggabungkan ketegangan, drama, dan adrenaline. Di sisi lain, sound design dari suara mesin turbo, radio komunikasi tim, suara ban saat cornering, hingga ambience sirkuit terdengar hidup. Ini membuat pengalaman menonton terasa seperti benar-benar berada di grandstand balapan.
Zimmer dengan cerdas memadukan orkestra dengan dentuman elektronik dan industrial untuk menyatu dengan atmosfer modern Formula 1. Scoring meningkat saat momen dramatis seperti overtake penentu atau saat konflik karakter memuncak.
Akting & Chemistry
Brad Pitt memerankan Sonny Hayes dengan aura cool dan bijak, menggambarkan perpaduan antara pembalap veteran dan mentor yang terluka oleh masa lalu. Damson Idris memberi sentuhan segar sebagai Joshua Pearce, anak muda yang berapi-api dan punya banyak untuk dibuktikan. Chemistry keduanya berhasil menciptakan dinamika mentor-rookie yang menyentuh dan meyakinkan.
Penampilan Javier Bardem sebagai Ruben Cervantes, kepala tim yang karismatik tapi pragmatis, menambahkan lapisan tekanan bisnis di dunia balap. Sementara Kerry Condon tampil solid sebagai kepala teknik Kate McKenna, membawa dimensi perempuan kuat di dunia dominasi pria.
Namun, beberapa kritikus mencatat bahwa karakter pendukung kurang mendapat ruang eksplorasi emosional, terutama arc romantis yang terkesan hanya lewat saja.
Cerita & Naskah
Plot utama film ini mengikuti trope klasik: dimana pembalap pensiun yang kembali ke lintasan dan membantu tim underdog. Meski bukan hal baru ya untuk Plotnya. Namun, eksekusi ceritanya cukup memuaskan. Ada ketegangan dalam tim, konflik internal antara pengalaman dan ambisi, serta isu korporat yang membuat narasi tetap relevan.
Sayangnya, menurut kita, dialog dalam film sering kali terlalu Teknikal, menjelaskan strategi balap dan regulasi F1 kepada penonton awam di dunia F1. Walaupun ini membantu edukasi juga sih, tetapi bagi penggemar berat yang cukup paham F1, penjelasan ini terasa terlalu menyuapi dan bikin naturalitas percakapan cukup sedikit berkurang.
Pacing & Durasi
Dengan durasi 2 jam 36 menit, film ini memiliki pacing yang cenderung fluktuatif. Adegan balapan terasa cepat dan menggigit, tapi bagian naratif di luar lintasan, terutama pengembangan konflik personal atau flashback, kadang terlalu lambat.
Walau demikian, pengaturan ritme balapan yang progresif, dari tes awal hingga Grand Prix penentu, membuat film tetap menarik untuk diikuti. Namun, ada beberapa subplot yang bisa dipangkas untuk menjaga efisiensi cerita.
Cocok Ga Untuk Kamu?
F1 sangat cocok bagi penggemar motorsport dan penikmat film aksi visual. Bagi penonton awam, film ini menyajikan cukup informasi untuk memahami dinamika dunia Formula 1. Momen emosional juga cukup kuat untuk menarik penonton yang bukan penggemar olahraga.
Namun, penggemar setia F1 mungkin mengkritisi penggambaran strategi dan teknis yang agak disederhanakan dan dramatisasi untuk kebutuhan film. Branding dan sponsor yang sangat terlihat juga bisa mengurangi imersi.
Kesimpulan
F1: The Movie, menurut kita jadi tontonan wajib IMAX bagi siapa pun yang suka film dengan aksi, kecepatan, dan visual kelas atas. Meski kisahnya cukup familiar dan ga banyak naratif yang berkesan. Tapi, keindahan teknikal dan kedalaman atmosfer dunia F1 membuat film ini tetap layak dinikmati.
Jika kalian ingin rasain denyut jantung paddock dan ketegangan start lamp F1, film ini cocok banget untuk fulfill keinginan kalian itu.