Event

|

in this topic.

Emisi Karbon Google Naik 51%, AI Jadi Penyebabnya?

Antonio

Sabtu, 28 Juni 2025 pukul 08.16

Ringkasan

Dibuat oleh AI

Laporan keberlanjutan Google 2025 mengungkapkan bahwa emisi karbon perusahaan naik tajam sebesar 11% hanya dalam setahun, dan mencapai 11,5 juta metrik ton CO₂—angka yang 51% lebih tinggi dibandingkan 2019. Ini menjauhkan Google dari target utamanya untuk memotong emisi hingga setengahnya pada tahun 2030.

Penyebab utamanya? Dorongan besar ke pengembangan AI, yang mendorong konsumsi energi secara signifikan, terutama di pusat data. Meski emisi dari data center turun 12%, penggunaannya tetap jauh lebih tinggi dari 2019. Total emisi Google yang tercantum dalam lampiran laporan bahkan mencapai 15,1 juta ton, setara dengan emisi dari 40 pembangkit listrik tenaga gas dalam setahun.

Google juga menyalahkan faktor eksternal seperti lambatnya transisi energi bersih, perubahan kebijakan iklim, dan minimnya energi bebas karbon di beberapa wilayah.

Google baru saja merilis laporan keberlanjutan 2025 mereka, dan hasilnya bikin geleng-geleng kepala. Emisi karbon Google tahun lalu naik 11%, menyentuh angka 11,5 juta metrik ton CO₂. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, totalnya naik 51%, padahal Google menargetkan akan memotong emisi hingga setengahnya pada 2030. Ironis, mengingat Google juga kencang mengkampanyekan misi ramah lingkungan.

Peningkatan besar ini sebagian besar disebabkan oleh dorongan besar Google ke ranah kecerdasan buatan (AI). AI memerlukan komputasi intensif dan energi besar, terutama untuk melatih model dan mengoperasikan pusat data (data center). Menariknya, Google justru mencatat penurunan emisi 12% dari pusat data, namun angka keseluruhannya masih jauh di atas tingkat 2019.

Sebenarnya, angka emisi yang lebih lengkap bisa ditemukan di bagian lampiran laporan: total sebenarnya adalah 15,1 juta ton CO₂, setara dengan emisi 40 pembangkit listrik tenaga gas dalam setahun.

Apa faktornya?

Google juga menyebut banyak faktor eksternal yang bikin pencapaian target iklim makin sulit: perkembangan AI yang terlalu cepat, kurangnya solusi energi bebas karbon di beberapa negara, lambatnya implementasi teknologi hijau, hingga kebijakan energi yang berubah-ubah.

Sementara itu, perusahaan lain seperti Microsoft dan Meta juga menghadapi hal serupa. Bahkan ada prediksi bahwa konsumsi energi AI akan melampaui Bitcoin sebelum akhir tahun ini. Meta pun tengah membangun data center besar berbahan bakar gas di Louisiana, dan mantan Presiden AS, Donald Trump, bahkan menandatangani perintah eksekutif untuk mendukung AI yang ditenagai batu bara.

Emisi Karbon Google Naik 51%, AI Jadi Penyebabnya?

Antonio

Sabtu, 28 Juni 2025 pukul 08.16

Event

|

in this topic.

Ringkasan

Dibuat oleh AI

Laporan keberlanjutan Google 2025 mengungkapkan bahwa emisi karbon perusahaan naik tajam sebesar 11% hanya dalam setahun, dan mencapai 11,5 juta metrik ton CO₂—angka yang 51% lebih tinggi dibandingkan 2019. Ini menjauhkan Google dari target utamanya untuk memotong emisi hingga setengahnya pada tahun 2030.

Penyebab utamanya? Dorongan besar ke pengembangan AI, yang mendorong konsumsi energi secara signifikan, terutama di pusat data. Meski emisi dari data center turun 12%, penggunaannya tetap jauh lebih tinggi dari 2019. Total emisi Google yang tercantum dalam lampiran laporan bahkan mencapai 15,1 juta ton, setara dengan emisi dari 40 pembangkit listrik tenaga gas dalam setahun.

Google juga menyalahkan faktor eksternal seperti lambatnya transisi energi bersih, perubahan kebijakan iklim, dan minimnya energi bebas karbon di beberapa wilayah.

Google baru saja merilis laporan keberlanjutan 2025 mereka, dan hasilnya bikin geleng-geleng kepala. Emisi karbon Google tahun lalu naik 11%, menyentuh angka 11,5 juta metrik ton CO₂. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, totalnya naik 51%, padahal Google menargetkan akan memotong emisi hingga setengahnya pada 2030. Ironis, mengingat Google juga kencang mengkampanyekan misi ramah lingkungan.

Peningkatan besar ini sebagian besar disebabkan oleh dorongan besar Google ke ranah kecerdasan buatan (AI). AI memerlukan komputasi intensif dan energi besar, terutama untuk melatih model dan mengoperasikan pusat data (data center). Menariknya, Google justru mencatat penurunan emisi 12% dari pusat data, namun angka keseluruhannya masih jauh di atas tingkat 2019.

Sebenarnya, angka emisi yang lebih lengkap bisa ditemukan di bagian lampiran laporan: total sebenarnya adalah 15,1 juta ton CO₂, setara dengan emisi 40 pembangkit listrik tenaga gas dalam setahun.

Apa faktornya?

Google juga menyebut banyak faktor eksternal yang bikin pencapaian target iklim makin sulit: perkembangan AI yang terlalu cepat, kurangnya solusi energi bebas karbon di beberapa negara, lambatnya implementasi teknologi hijau, hingga kebijakan energi yang berubah-ubah.

Sementara itu, perusahaan lain seperti Microsoft dan Meta juga menghadapi hal serupa. Bahkan ada prediksi bahwa konsumsi energi AI akan melampaui Bitcoin sebelum akhir tahun ini. Meta pun tengah membangun data center besar berbahan bakar gas di Louisiana, dan mantan Presiden AS, Donald Trump, bahkan menandatangani perintah eksekutif untuk mendukung AI yang ditenagai batu bara.

Veirn.

Uncover the art and innovation of Gaming in our blog, where we explore Technology trends, Gaming Market structures, and the creative minds shaping the built environment.

Veirn.

Uncover the art and innovation of Gaming in our blog, where we explore Technology trends, Gaming Market structures, and the creative minds shaping the built environment.

Veirn.

Uncover the art and innovation of Gaming in our blog, where we explore Technology trends, Gaming Market structures, and the creative minds shaping the built environment.